Rabu, 22 November 2017

Jumat, 21 April 2017

Sabtu, 14 Februari 2015

Senin, 19 Mei 2014

KEBERKATAN HIDUP DENGAN MENGAMALKAN BISSMILLAH



Manusia secara kodrati ingin memiliki kebahagiaan dalam kehidupannya didunia maupun diakhirat, sebahagian manusia beranggapan bahwa kebahagiaan itu hanya diperdapati dengan limpahan harta benda, sehingga segala waktu dan kemampuan akan dioptimalkan dengan sebaik mungkin hanya untuk meraih harta benda dan sebagiaan manusia yang lainnya beranggapan bahwa kebahagiaan itu hanya diperoleh dengan pangkat dan jabatan, sehingga ia berusaha dengan sebaik mungkin untuk bisa terus mempertahankan jabatannya.

Namun bila kita merenungi bagaimana kebahagian seutuhnya diperoleh maka ternyata kebahagiaan itu diperoleh bukan dengan harta benda ataupun pangkat jabatan semata, sudah menjadi kondisi yang maklum terkadang kita melihat orang yang memiliki banyak harta benda namun lebih susah pikirannya, orang yang memiliki jabatan tinggi tetapi selalu gundah gelisah terhadap kedudukannya, ini menjadi indikator bahwa kebahagian seutuhnya tidak terletak pada harta atau jabatan.

Kebahagian yang seutuhnya hanya diperoleh dengan mendapatkan keberkatan kehidupan, keberkatan adalah Allah menjadikan kebaikan didalam setiap pemberiannya, diberikan hidup maka hidup yang berkah adalah hidup yang diisi dengan beribadah kepada Allah, diberikan harta maka harta yang berkah adalah harta yang selain untuk dinikmatinya, juga bermanfaat untuk agamanya, diberikan pangkat atau jabatan maka jabatan dan pangkat yang berkah adalah jabatan yang dapat membawa kemaslahatan bagi masyarakat dan agamanya, berkah kehidupan akan menjadikan jiwa dan hati menjadi tentram serta jadikan pikiran menjadi tenang, berkah kehidupan adalah suatu limpahan nikmat dari allah yang didapatkan dengan beribadah,

Salah satu ibadah yang dapat membawa keberkatan dalam kehidupan adalah mengamalkan bacaan bismilllah dalam setiap kegiatan yang positif, hal ini sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadish yang diriwayat oleh abu harairah :
 كُلُّ أَمْرٍ ذِي بَالٍ لَا يُبْدَأُ فِيهِ بِبَسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ فَهُوَ أَقْطَعُ
Artinya : setiap perbuatan yang baik yang tiada diawali dengan membaca bissmillahirrahmaanirrahim maka perbuatan tersebut tiada berkah.

Berkah adalah suatu perkara yang sangat besar kedudukannya, dan amalan bissmillah sepintas adalah perkara yang sangat ringan dan sederhana, keberkatan bisa datang dan hilang hanya dengan bissmilah, hal ini menunjuki bahwa sesungguhnya bissmillah bukanlah perkara ringan dan sederhana namun bacaan bissmillah adalah perkara yang sangat besar kedudukannya, hal ini akan dapat difahami dari beberapa fadhilah membaca bissmillah, diantar sekian banyak fadhilah bissmillah adalah :

1. Bissmillah kandungan seluruh makna Al-Quran

Dalam berbagai referensi kitab klasik disebutkan bahwa seluruh isi kandungan kitab zabur, taurat dan injil yang telah allah turunkan dimasa dahulu terkandung dalam kitab Al-Quran yang allah turunkan kepada nabi Muhammad SAW dan Seluruh isi kandungan Al-Quran tersimpan didalam surat AL-Fatihah dan seluruh isi kandungan surat Al-Fatihah terhimpun didalam ayat pertama surat Al-Fatihah yaitu bissmillahirrahmaanirrahim, mengucap bissmillah ketiga mengawali setiap perbuatan positif adalah laksana memulai perbuatan dengan membaca al-quran secara khatam.

Pejelasan dan uraian yang telah disampaikan oleh para ulama dimasa dahulu, saat dimana teknologi dan sistem informasi belum dimiliki adalah sangat rasional dan relevan dengan kemajuan teknologi dan sistem informasi dijaman sekarang, hari ini kita percaya bahwa isi kandungan selembar kartu ATM bisa bernilai milyaran rupiah, dengan kata lain selembar kartu ATM bisa mengandung nilai sebuah rumah besar, toko bertingkat, tanah kebun yang luas, dan sebagainya, sungguh pengetahuan ulama dimasa dahulu menjadi pondasi dasar perkembangan teori teknologi dimasa sekarang ini.

2. Bissmillah ungkapan bertauhid kepada Allah

Dalam beberapa referensi kitab klasik disebutkan bahwa hakikat ucapan bissmillah dalam mengawali setiap perbuatan adalah ungkapan bertauhid dan tawaqqal kepada allah, didalam kitab miftahul jannah disebutkan :

بِي كَانَ مَا كَانَ وَبِي يَكُونُ مَا يَكُونُ
Artinya : dengan engkau adalah sesuatu yang telah wujud, dengan engkau adalah sesuatu yang akan berwujud

Realisasi dari ungkapann ini dapat diumpamakan ketika kita memulai menikmati makanan kita meungucap bissmillah, bermakna dengan kehendak dan kekuasaanmu ya Allah telah wujud makanan yang akan kita nikmati dan dengan kehendak serta kuasamu ya Allah makanan ini nantinya akan menghasilkan kenyang dan menjadi sumber energi sebagai kekuatan untuk beribadah. Dan juga perumpamaanya seperti ketika memulai membuka toko usaha kita membaca bismillah, bermakna dengan kehendak dan kuasamu ya Allah sekarang kita sudah memulai usaha dan dengan kehendak serta kekuasaanmu ya Allah, nantinya akan datang pembeli sehingga kemudian kami mendapat keuntungan dari usaha.

Ini sangat menggambarkan bahwa segala yang akan kita lakukan selalu atas dasar menyadari sepenuhnya bahwa semua yang kita miliki adalah milik allah secara muthlak dan kita selalu bertawaqal kepada allah setiap melaksanakan segala kegiatan, keyakinan ini akan dapat menjadi pondasi teguh sehingga ketika beruntung tidak akan berlebihan dan sombong dan kitika merugi tidak akan menjadikan pupus harapan dan hilang semangat untuk berusaha.

3. Bissmillah ungkapan bersyukur

Dalam teori bahasa telah dimaklumi bahwa menyebut sebuah sifat terpuji untuk suatu zat adalah menjadi sebagai ungkapan memuji zat. Menyebut kata Allah yang kemudian diiringin dengan sifat kemuliaannya yaitu arrahman dan arrahim adalah menjadi sebagai ungkapan memuji Allah dan memuji merupakan ungkapan bersyukur dengan lisan, implementasi syukur akan mengundang segala kebaikan dalam kehidupan dan akan menyelamatkan dari segala kejahatan, hal ini sebagaimana disebutkan dalam Al—Quran surat Ibrahim ayat 7 yang berbunyi :
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya : dan ingatlah ketika allah menyeru dengan sebuah pernyataan, jika kamu mensyukuri nikmat Allah maka akan ditambahkan nikmat dan jika kamu tiada mensyukuri nikmat Allah maka sungguh azab allah sangat pedih.

4. Bissmillah penyelamat kehidupan dan kematian

Tersebut didalam kitab hasyiah Iannatut Thalibin bahwa menurut sebuah riwayat mengamalkan bacaan bissmillah saat memulai aktifitas akan mengantarkan kebahagian dalam kehidupan dan akan membawa keberuntungan ketika menghadapi kematian.
 روي: من أراد أن يحيا سعيدا ويموت شهيدا فليقل عند ابتداء كل شئ بسم الله الرحمن الرحيم
Artinya : barang siapa berkeinginan hidup bahagia dan meninggal dalam keadaan syahid maka hendaklan ia membaca bissmillahirrahmaanirrahim ketika memulai setiap kegiatan yang positif.

tgk_akthaillah@yahoo.com

Rabu, 14 Mei 2014

Memahami Ibarat Kitab Al-Mahalli



Memahami Ibarat Kitab Al-Mahalli
Oleh : Tgk Akthaillah bin Tgk H M Daud Syafi’e
Staf PengajarDayah Al-Madinatuddiniyah Babussalam Blang Bladeh
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
( وَمِنْهَا بَيَانُ الْقَوْلَيْنِ وَالْوَجْهَيْنِ وَالطَّرِيقَيْنِ وَالنَّصِّ وَمَرَاتِبِ الْخِلَافِ ) قُوَّةً وَضَعْفًا فِي الْمَسَائِلِ ( فِي جَمِيعِ الْحَالَاتِ ) بِخِلَافِ الْمُحَرَّرِ فَتَارَةً يُبَيِّنُ نَحْوَ أَصَحِّ الْقَوْلَيْنِ وَأَظْهَرِ الْوَجْهَيْنِ، وَتَارَةً لَا يُبَيِّنُ نَحْوَ الْأَصَحِّ وَالْأَظْهَرِ ( فَحَيْثُ أَقُولُ فِي الْأَظْهَرِ أَوْ الْمَشْهُورِ فَمِنْ الْقَوْلَيْنِ أَوْ الْأَقْوَالِ ) لِلشَّافِعِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ( فَإِنْ قَوِيَ الْخِلَافُ ) لِقُوَّةِ مُدْرَكِهِ ( قُلْت الْأَظْهَرُ ) الْمُشْعِرُ بِظُهُورِ مُقَابِلِهِ ( وَإِلَّا فَالْمَشْهُورُ ) الْمُشْعِرُ بِغَرَابَةِ مُقَابِلِهِ لِضَعْفِ مُدْرَكِهِ . ( وَحَيْثُ أَقُولُ الْأَصَحُّ أَوْ الصَّحِيحُ فَمِنْ الْوَجْهَيْنِ أَوْ الْأَوْجُهِ ) لِلْأَصْحَابِ يَسْتَخْرِجُونَهَا مِنْ كَلَامِ الشَّافِعِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ( فَإِنْ قَوِيَ الْخِلَافُ قُلْت الْأَصَحُّ وَإِلَّا فَالصَّحِيحُ ) وَلَمْ يُعَبِّرْ بِذَلِكَ فِي الْأَقْوَالِ تَأَدُّبًا مَعَ الْإِمَامِ الشَّافِعِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَمَا قَالَ ، فَإِنَّ الصَّحِيحَ مِنْهُ مُشْعِرٌ بِفَسَادِ مُقَابِلِهِ .

Sebahagian nafaisul mustajadat ( perkara penting )  yang disebut dalam kitab Minhajut Thalibin adalah :
1.       Menjelaskan kedudukan khilaf Qaul ( قول )
Qaul adalah pendapat imam syafi’e, dan khilaf qaul adalah perbedaan diantara pendapat imam syafi’e sendiri, penyebab timbunya perbedaan pendapat ini didasari atas dalil hukum yang ia perdapati dan fahami saat mengeluarkan fatwa, setelah beliau wafat, sebahagian besar fatwa - fatwanya dikemudian hari menjadi kabur kedudukan martabatnya diantara para sahabatnya, manakah pendapat imam syafie yang kuat dan yang lemah untuk dijadikan sebagai pegangan dalam amalan syariat, maka kemudian imam nawawi yang dikenal sebagai imam mujtahid tarjih, mentarjihkan atau menjelaskan kedudukan martabat  pendapat – pendapat imam syafie tersebut, dan pentarjihan imam nawawi didasarkan pada dalil – dalil pendukung, diantaranya ayat, hadish, ijmak, qiyas, qawaed imam syafie, dll

Jika kuat kedudukan khilaf diantara dua atau beberapa qaul, maka qaul yang terkuat diantaranya ditandai dengan istilah  الْأَظْهَرُ dan qaul yang berlawanan dengannya disebut dengan istilah  الْأَظْهَرِ مُقَابِلُ, dan jika lemah kedudukan khilaf diantara dua atau beberapa qaul, maka qaul yang kuat diantaranya ditandai dengan istilah الْمَشْهُورُ dan qaul yang berlawanan dengannya disebut dengan istilah  الْمَشْهُورِ مُقَابِلُ, Standarisasi kuat atau lemahnya kedudukan khilaf qaul, didasari pada kuat atau lemahnya kedudukan dalil yang dijadikan sebagai landasan qaul.

2.       Menjelaskan kedudukan khilaf wajah  ( وجه )
Wajah adalah pendapat sahabat / murid imam syafie, yang mereka fatwakan atas dasar pemahaman dari dalil – dalil yang dinyatakan oleh imam syafie, penyebab perbedaan pendapat sahabat ketika memahami pernyataan imam syafie adalah kuat atau lemahnya kemampuan pemahaman sahabat, sebahagian fatwa sahabat ini dikemudian hari menjadi kabur kedudukannya bagi generasi selanjutnya, manakah pendapat sahabat yang kuat dan manakah pendapat sahabat yang lemah untuk dijadikan pegangan amalam syariat, sehingga imam nawawi mentarjeh pendapat – pendapat sahabat tersebut dengan landasan pijakan sejumlah dalil yang beliau fahami.

Jika kuat kedudukan khilaf diantara dua atau beberapa wajah, maka wajah yang terkuat diantaranya ditandai dengan istilah الْأَصَحُّ dan wajah yang berlawanan dengannya disebut dengan istilah  مُقَابِلُ الْأَصَحِّ, dan jika lemah kedudukan khilaf diantara dua atau beberapa wajah, maka wajah yang kuat diantaranya ditandai dengan istilah الصَّحِيحُ dan wajah yang berlawanan dengannya disebut dengan istilahالصَّحِيحِ  مُقَابِلُ, pendapat yang ditandai dengan istilahالصَّحِيحِ  مُقَابِلُ secara umumnya adalah fased dan tidak dapat diamalkan atau dijadikan sebagai pegangan fatwa dalam menyelesaikan perselisihan, Standarisasi kuat atau lemahnya kedudukan khilaf wajah didasari pada kuat atau lemahnya kedudukan dalil  yang dijadikan sebagai landasan wajah.
Secara umum, terdapat beberapa pemahaman yang menurut kami perlu untuk diperhatikan dan dipelajari secara lebih mendetail dalam memahami ibarat kitab al-mahalli, diantarnya :

1.       Pendapat yang diistilahkan dengan الْأَظْهَرِ مُقَابِلُ  atau مُقَابِلُ الْأَصَحِّ , berdasarkan i’lat yang disampaikan maka sepintas dan secara umumnya terfahami bahwa sangat rasional dan relevan, dan seharusnya ia menjadi pendapat yang terkuat, namun sesungguhnya jika meneliti dan mengkaji secara mendetail pada dalil – dalil yang lebih pasti, maka akan didapati bahwa sesungguhnya الْأَظْهَرِ مُقَابِلُ  atau مُقَابِلُ الْأَصَحِّ  sesuai untuk tidak menjadi pendapat kuat.

2.       Jika pendapat qaul atau wajah didasarkan pada dalil Qiyas, maka secara umum metode untuk menolak pendapat tersebut adalah dengan mencari  وجه الفرق , artinya mencari sisi perbedaan diantara maqisun dan maqisun ‘alaihi, karena teori qiyas adalah menyebutkan persamaan dan وجه الفرق adalah menolak untuk sebut persamaan.

3.       Jika dalil yang disebutkan pada beberapa pendapat yang khilaf adalah sama – sama berbentuk qiyas, maka secara umum untuk menemukanوجه الترجيح   adalah dengan meneliti untuk menentukan martabat dari beberapa dalil qiyas tersebut, apakah qiyas aulawi, adna atau musawah .

4.       jika disebutkan sebuah hukum didalam matan, kemudian pada syarah disebutkan beberapa dalil untuk satu hukum, maka perlu diteliti bagaimana relevansi atau kesesuaian antara setiap satu dalil dengan hukumnya, hal ini biasanya diperdapati karena sebuah hukum yang disebutkan tidak lengkap dari kandungan satu dalil saja, dan butuh dalil lain sehingga sebuah hukum dapat difahami secara lengkap, meskipun dari beberapa dalil, dalam ibarat biasanya diperdapati pada dalil berbentuk hadish dan ayat.

5.       jika dalam uraian syarah, disebutkan atau dinaqalkan sumber referensi beberapa kitab, maka perlu diteliti bagaimana korelasi atau hubungan pokok pembahasaan yang sedang dibahas dengan isi referensi, secara umum, sebahagian maksudnya adalah pensyarah menyampaikan kritikan terhadang penulis matan terhadap uraian yang dijelaskan, karena timbul perbedaan dengan referensi lain, atau pensyarah bermaksud menjelaskan dalil pendukung terhadang pernyataan penulis matan, atau pensyarah bermaksud menjelaskan mansyak ( tempat timbul ) khilaf berdasarkan referensi lain

6.       jika dicelah matan, syarah menambah ibarat atau menambah contoh, maka perlu diteliti maksud ditambah ibarat dan makna umum yang terkandung dari contoh yang ditambah, biasanya ibarat yang ditambahi menjadi kait untuk maksud dalam ketentuan hukum dan menambah contoh biasanya untuk mengumumi jenis atau sifat persolan yang disebutkan

7.       jika terdapat khilaf pendapat qaul atau wajah dan bukan merupakan khilaf lafdhi, maka pada umumnya terdapat فائدة الخلاف  , faedah khilaf difahami dengan cara mentakdirkan sebuah persolan hukum yang sesuai dengan pembahasan, dimana hukum persoalan tersebut akan berbeda mana kala didasarkan atas pendapat yang satu  dan atas  pendapat yang lainya, hasil perbedaan hukum pada suatu persoalan yang didasari atas khilaf pendapat disebut dengan istilah  فائدة الخلاف
tulisan ini hanya pemahaman kami setelah belajar dan mengajar kitab Al-Mahalli, , sehingga kekeliruan yang diperdapati dalam tulisan ini hanya kekurangan kami semata.

Kamis, 21 November 2013