Rabu, 14 Mei 2014

Memahami Ibarat Kitab Al-Mahalli



Memahami Ibarat Kitab Al-Mahalli
Oleh : Tgk Akthaillah bin Tgk H M Daud Syafi’e
Staf PengajarDayah Al-Madinatuddiniyah Babussalam Blang Bladeh
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
( وَمِنْهَا بَيَانُ الْقَوْلَيْنِ وَالْوَجْهَيْنِ وَالطَّرِيقَيْنِ وَالنَّصِّ وَمَرَاتِبِ الْخِلَافِ ) قُوَّةً وَضَعْفًا فِي الْمَسَائِلِ ( فِي جَمِيعِ الْحَالَاتِ ) بِخِلَافِ الْمُحَرَّرِ فَتَارَةً يُبَيِّنُ نَحْوَ أَصَحِّ الْقَوْلَيْنِ وَأَظْهَرِ الْوَجْهَيْنِ، وَتَارَةً لَا يُبَيِّنُ نَحْوَ الْأَصَحِّ وَالْأَظْهَرِ ( فَحَيْثُ أَقُولُ فِي الْأَظْهَرِ أَوْ الْمَشْهُورِ فَمِنْ الْقَوْلَيْنِ أَوْ الْأَقْوَالِ ) لِلشَّافِعِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ( فَإِنْ قَوِيَ الْخِلَافُ ) لِقُوَّةِ مُدْرَكِهِ ( قُلْت الْأَظْهَرُ ) الْمُشْعِرُ بِظُهُورِ مُقَابِلِهِ ( وَإِلَّا فَالْمَشْهُورُ ) الْمُشْعِرُ بِغَرَابَةِ مُقَابِلِهِ لِضَعْفِ مُدْرَكِهِ . ( وَحَيْثُ أَقُولُ الْأَصَحُّ أَوْ الصَّحِيحُ فَمِنْ الْوَجْهَيْنِ أَوْ الْأَوْجُهِ ) لِلْأَصْحَابِ يَسْتَخْرِجُونَهَا مِنْ كَلَامِ الشَّافِعِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ( فَإِنْ قَوِيَ الْخِلَافُ قُلْت الْأَصَحُّ وَإِلَّا فَالصَّحِيحُ ) وَلَمْ يُعَبِّرْ بِذَلِكَ فِي الْأَقْوَالِ تَأَدُّبًا مَعَ الْإِمَامِ الشَّافِعِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَمَا قَالَ ، فَإِنَّ الصَّحِيحَ مِنْهُ مُشْعِرٌ بِفَسَادِ مُقَابِلِهِ .

Sebahagian nafaisul mustajadat ( perkara penting )  yang disebut dalam kitab Minhajut Thalibin adalah :
1.       Menjelaskan kedudukan khilaf Qaul ( قول )
Qaul adalah pendapat imam syafi’e, dan khilaf qaul adalah perbedaan diantara pendapat imam syafi’e sendiri, penyebab timbunya perbedaan pendapat ini didasari atas dalil hukum yang ia perdapati dan fahami saat mengeluarkan fatwa, setelah beliau wafat, sebahagian besar fatwa - fatwanya dikemudian hari menjadi kabur kedudukan martabatnya diantara para sahabatnya, manakah pendapat imam syafie yang kuat dan yang lemah untuk dijadikan sebagai pegangan dalam amalan syariat, maka kemudian imam nawawi yang dikenal sebagai imam mujtahid tarjih, mentarjihkan atau menjelaskan kedudukan martabat  pendapat – pendapat imam syafie tersebut, dan pentarjihan imam nawawi didasarkan pada dalil – dalil pendukung, diantaranya ayat, hadish, ijmak, qiyas, qawaed imam syafie, dll

Jika kuat kedudukan khilaf diantara dua atau beberapa qaul, maka qaul yang terkuat diantaranya ditandai dengan istilah  الْأَظْهَرُ dan qaul yang berlawanan dengannya disebut dengan istilah  الْأَظْهَرِ مُقَابِلُ, dan jika lemah kedudukan khilaf diantara dua atau beberapa qaul, maka qaul yang kuat diantaranya ditandai dengan istilah الْمَشْهُورُ dan qaul yang berlawanan dengannya disebut dengan istilah  الْمَشْهُورِ مُقَابِلُ, Standarisasi kuat atau lemahnya kedudukan khilaf qaul, didasari pada kuat atau lemahnya kedudukan dalil yang dijadikan sebagai landasan qaul.

2.       Menjelaskan kedudukan khilaf wajah  ( وجه )
Wajah adalah pendapat sahabat / murid imam syafie, yang mereka fatwakan atas dasar pemahaman dari dalil – dalil yang dinyatakan oleh imam syafie, penyebab perbedaan pendapat sahabat ketika memahami pernyataan imam syafie adalah kuat atau lemahnya kemampuan pemahaman sahabat, sebahagian fatwa sahabat ini dikemudian hari menjadi kabur kedudukannya bagi generasi selanjutnya, manakah pendapat sahabat yang kuat dan manakah pendapat sahabat yang lemah untuk dijadikan pegangan amalam syariat, sehingga imam nawawi mentarjeh pendapat – pendapat sahabat tersebut dengan landasan pijakan sejumlah dalil yang beliau fahami.

Jika kuat kedudukan khilaf diantara dua atau beberapa wajah, maka wajah yang terkuat diantaranya ditandai dengan istilah الْأَصَحُّ dan wajah yang berlawanan dengannya disebut dengan istilah  مُقَابِلُ الْأَصَحِّ, dan jika lemah kedudukan khilaf diantara dua atau beberapa wajah, maka wajah yang kuat diantaranya ditandai dengan istilah الصَّحِيحُ dan wajah yang berlawanan dengannya disebut dengan istilahالصَّحِيحِ  مُقَابِلُ, pendapat yang ditandai dengan istilahالصَّحِيحِ  مُقَابِلُ secara umumnya adalah fased dan tidak dapat diamalkan atau dijadikan sebagai pegangan fatwa dalam menyelesaikan perselisihan, Standarisasi kuat atau lemahnya kedudukan khilaf wajah didasari pada kuat atau lemahnya kedudukan dalil  yang dijadikan sebagai landasan wajah.
Secara umum, terdapat beberapa pemahaman yang menurut kami perlu untuk diperhatikan dan dipelajari secara lebih mendetail dalam memahami ibarat kitab al-mahalli, diantarnya :

1.       Pendapat yang diistilahkan dengan الْأَظْهَرِ مُقَابِلُ  atau مُقَابِلُ الْأَصَحِّ , berdasarkan i’lat yang disampaikan maka sepintas dan secara umumnya terfahami bahwa sangat rasional dan relevan, dan seharusnya ia menjadi pendapat yang terkuat, namun sesungguhnya jika meneliti dan mengkaji secara mendetail pada dalil – dalil yang lebih pasti, maka akan didapati bahwa sesungguhnya الْأَظْهَرِ مُقَابِلُ  atau مُقَابِلُ الْأَصَحِّ  sesuai untuk tidak menjadi pendapat kuat.

2.       Jika pendapat qaul atau wajah didasarkan pada dalil Qiyas, maka secara umum metode untuk menolak pendapat tersebut adalah dengan mencari  وجه الفرق , artinya mencari sisi perbedaan diantara maqisun dan maqisun ‘alaihi, karena teori qiyas adalah menyebutkan persamaan dan وجه الفرق adalah menolak untuk sebut persamaan.

3.       Jika dalil yang disebutkan pada beberapa pendapat yang khilaf adalah sama – sama berbentuk qiyas, maka secara umum untuk menemukanوجه الترجيح   adalah dengan meneliti untuk menentukan martabat dari beberapa dalil qiyas tersebut, apakah qiyas aulawi, adna atau musawah .

4.       jika disebutkan sebuah hukum didalam matan, kemudian pada syarah disebutkan beberapa dalil untuk satu hukum, maka perlu diteliti bagaimana relevansi atau kesesuaian antara setiap satu dalil dengan hukumnya, hal ini biasanya diperdapati karena sebuah hukum yang disebutkan tidak lengkap dari kandungan satu dalil saja, dan butuh dalil lain sehingga sebuah hukum dapat difahami secara lengkap, meskipun dari beberapa dalil, dalam ibarat biasanya diperdapati pada dalil berbentuk hadish dan ayat.

5.       jika dalam uraian syarah, disebutkan atau dinaqalkan sumber referensi beberapa kitab, maka perlu diteliti bagaimana korelasi atau hubungan pokok pembahasaan yang sedang dibahas dengan isi referensi, secara umum, sebahagian maksudnya adalah pensyarah menyampaikan kritikan terhadang penulis matan terhadap uraian yang dijelaskan, karena timbul perbedaan dengan referensi lain, atau pensyarah bermaksud menjelaskan dalil pendukung terhadang pernyataan penulis matan, atau pensyarah bermaksud menjelaskan mansyak ( tempat timbul ) khilaf berdasarkan referensi lain

6.       jika dicelah matan, syarah menambah ibarat atau menambah contoh, maka perlu diteliti maksud ditambah ibarat dan makna umum yang terkandung dari contoh yang ditambah, biasanya ibarat yang ditambahi menjadi kait untuk maksud dalam ketentuan hukum dan menambah contoh biasanya untuk mengumumi jenis atau sifat persolan yang disebutkan

7.       jika terdapat khilaf pendapat qaul atau wajah dan bukan merupakan khilaf lafdhi, maka pada umumnya terdapat فائدة الخلاف  , faedah khilaf difahami dengan cara mentakdirkan sebuah persolan hukum yang sesuai dengan pembahasan, dimana hukum persoalan tersebut akan berbeda mana kala didasarkan atas pendapat yang satu  dan atas  pendapat yang lainya, hasil perbedaan hukum pada suatu persoalan yang didasari atas khilaf pendapat disebut dengan istilah  فائدة الخلاف
tulisan ini hanya pemahaman kami setelah belajar dan mengajar kitab Al-Mahalli, , sehingga kekeliruan yang diperdapati dalam tulisan ini hanya kekurangan kami semata.

5 komentar:

  1. Assalamu'alaikum Teungku...
    Syukran Katsiran ateuh postingan Teungku, kamoe lakee izin meuCopas,..
    Barakallahu Lak...

    BalasHapus
  2. Bagus blognya, kunjungi juga blog saya http://yudikuba.blogspot.co.id, trims

    BalasHapus
  3. Terimakasih yang mulia,sangat membantu (dayah al_jadid)

    BalasHapus